
Mungkin
ada sebagian diantara kita yang masih mengenal Mandra atau Mastur? Jika
iya, maka kita harus bangga pada mereka, karena mereka adalah sebagian
dari generasi ketiga Topeng Cisalak. Berdasarkan informasi, memang
Topeng Cisalak tidak bisa terlepas dari lingkup budaya Betawi. Dulunya,
Topeng Cisalak bernama Topeng Kinang. Namanya diambil dari pelopornya
yaitu Djioen dan Kinang. Mereka sering berkeliling dari Jakarta, Bekasi,
Bogor, Tangerang bahkan sampai Kerawang jika ada yang nanggap.
Seperti pada pelaksanaan suatu acara, tari Topeng Cisalak pun juga
memiliki tahapan pada pertunjukannya, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan
penutup. Persiapan dilakukan dengan memasang spanduk dan tirai terlebih
dahulu. Pelaksanaan diawali dengan ngukus dan penyediaan sesaji.
Sesajinya berupa kemenyan dan serutu yang dibakar, minuman tujuh rupa,
bunga tujuh rupa, rujak, beras, nasi dan ayam bekakak. Pertunjukan
biasanya dihadiri oleh orang orang yang mengharapkan sesuatu, baik itu
kesehatan, keuntungan, atau berkah lainnya. Pelaksanaan selanjutnya
adalah pemukulan gong sesuai hari pementasan. Baru kemudian Tari Topeng
dimainkan dan disambung dengan tarian lain sampai penutup.
Pesona Topeng Cisalak mungkin makin meredup sekarang, karena banyaknya
budaya yang masuk ke Indonesia sehingga menggeser minat masyarakat dan
generasi penerus, dan karena kurang kuatnya dukungan dari pemerintah
pusat. Bandingkan dengan pemerintah dari negara luar yang sangat
apresiatif terhadap budayanya. Alangkah bagusnya jika nantinya
pemerintah Indonesia bisa memberikan dukungan terbaik untuk budayaya
sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar